​Bencana Berulang di Loloda Selatan: Pasang Surut Rendam Desa Kedi (Medo), Warga Kecewa Pemerintah “Tutup Mata”

HALUT, KilatFakta.com // Musibah pasang surut kembali melanda Desa Kedi (Medo) LP1 RT/RW:001/001, Kecamatan Loloda Selatan, pada Rabu, 10 Oktober, pukul 21:50 WIT. Peristiwa yang terjadi di malam hari ini menambah daftar panjang bencana serupa yang secara berulang kali menghantui masyarakat setempat, namun disebut belum mendapat penanganan serius dari pemerintah.

​Peristiwa Berulang, Janji Tinggal Janji

Warga mencatat, kejadian kali ini merupakan pengulangan dari bencana serupa di bulan April lalu yang terjadi pada siang hari. Meskipun ketinggian air, sekitar 20-30 cm, terlihat “aman”, namun secara perlahan mengancam keselamatan dan kenyamanan warga.

​Kekecewaan mendalam diungkapkan oleh salah seorang warga, Adrian Harun Bomboia. Ia menyoroti minimnya realisasi upaya penanggulangan dari pemerintah, meskipun sudah terjadi pergantian kepemimpinan dari tingkat Kepala Desa, Camat, Bupati, DPR, hingga Presiden.

​”Dari tahun ke tahun, pergantian Kepala Desa, Camat, Bupati, DPR hingga presiden, tak ada realisasi untuk mengatasi masalah soal ‘pasang surut tersebut.’ Secara pribadi bahkan masyarakat setempat kami kecewa dengan kesibukan pemerintah yang tidak berpihak kepada kepentingan masyarakat. (Pemerintah Sibuk-sibuk, ending-nya Nihil),” ujarnya.

Kunjungan Bupati Dinilai Hanya ‘PHP’

​Adrian Harun Bomboia juga mengenang kritik yang sempat ia layangkan melalui media sosial (Facebook) pada 1 April 2025, saat pasang surut sebelumnya terjadi. Yang paling disesalkan adalah kunjungan Bupati Halmahera Utara, “Jems Uang,” pada peristiwa di bulan April tersebut.

​Menurutnya, kunjungan Bupati saat itu dinilai hanya bersifat PHP (Peduli Hari Pertama). “Hari-hari selanjutnya hanyalah bayangan dan hingga kini, tidak ada itikad baik ataupun solusi untuk mengatasi terjadinya pasang surut dikemudian hari,” imbuhnya.

BPBD Diharapkan Ambil Peran Nyata

Adrian juga menyoroti peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang dinilai “tutup mata” terhadap kondisi ini. Ia menekankan perlunya kerjasama yang konkret antara pemerintah desa dan BPBD untuk mencari solusi preventif, seperti penyediaan infrastruktur yang memadai, contohnya saluran drainase.

​Kekhawatiran terbesar warga saat ini adalah ancaman ganda, pasang surut yang terjadi bersamaan dengan cuaca buruk, khususnya hujan deras, yang dapat meningkatkan risiko bahaya bagi keselamatan masyarakat.

​Permintaan Warga: Bukti Nyata, Bukan Sekadar Dokumentasi

​Menutup pernyataannya, Adrian menyampaikan harapan tegas dari masyarakat kepada pemerintah daerah.

​”Saya secara pribadi, minta agar pemerintah, jangan hanya sekadar berkunjung dan mengambil dokumentasi saja, melainkan bukti nyata bahwa, ‘kedatangan kami kali ini, bukan hanya berkunjung melainkan, dengan membawa sejumlah material untuk pembangunan tembok pelindung.’ Itu yang kami harapkan,” tutupnya.

​Hingga berita ini diturunkan, belum ada korban jiwa yang dilaporkan, namun masyarakat mendesak agar pemerintah segera merespons cepat untuk keselamatan masyarakat dan lingkungan.

 

**(Team/Red)**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *